Sabtu, 07 Mei 2011

Manfaat Tidur di Akhir Pekan

Tidur ekstra di akhir pekan berperan meningkatkan kinerja otak selama seminggu berikutnya.
2488339641-5-mimpi-ini-bisa-deteksi-masalah-kesehatan
Bila saat terbangun di hari Senin tetapi merasa tidak fit dan kurang konsentrasi, mungkin Anda tak cukup tidur di akhir pekan. Tidur ekstra di akhir pekan berperan meningkatkan kinerja otak selama seminggu berikutnya.
Hasil studi edisi terbaru di jurnal Sleep menyimpulkan, mereka yang tidur lebih banyak di akhir pekan memiliki performa lebih baik dibandingkan mereka yang kurang tidur di akhir pekan. Waktu tidur ekstra saat akhir pekan diperlukan untuk mengisi otak dan meningkatkan energi, menajamkan kewaspadaan dan perhatian setelah seminggu waktu tidur terbatas.
Para ilmuwan juga memperingatkan, begadang semalaman di akhir pekan akan mengganggu kinerja otak secara signifikan pada seminggu berikutnya.
Dr David Dinges, Kepala Divisi Tidur dan Chronobiologi di Universitas Pennsylvania, AS, mengatakan, “Dua jam waktu tidur tambahan saat akhir minggu bermanfaat meningkatkan konsentrasi dan kewaspadaan,” katanya seperti dimuat dalam Telegraph.
“Intinya, pemulihan yang memadai penting untuk mengatasi dampak tidur yang terbatas selama seminggu di otak.”
Dalam studi berbeda, para ilmuwan menemukan, waktu tidur paling efektif selama tujuh jam. Penelitian terhadap 30 ribu orang dewasa menemukan penyakit kardiovaskuler mencakup serangan jantung, stroke dan angina dua kali lebih tinggi pada orang dengan waktu tidur kurang dari lima jam.
Tetapi, perlu Anda tahu juga, waktu tidur harian lebih dari sembilan jam meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis. Jadi, waktu tidur ideal antara 7 - 9 jam per hari.

Kepulan Asap Rokok Bisa Bikin Orang Kena Diabetes

Efek negatif rokok kembali bertambah. Jika selama ini rokok identik dengan penyakit paru-paru dan jantung, penelitian terbaru menemukan kepulan asap rokok juga bikin orang rentan kena diabetes tipe 2.

Kepulan asap rokok ini  bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2 (diabetes karena gaya hidup)baik bagi perokok aktif maupun pasif.

Sebuah studi menunjukkan bahwa asap rokok meningkatkan risiko diabetes tipe 2, dan risiko ini akan lebih tinggi terjadi pada perokok pasif. Hasil penelitian ini telah dilaporkan dalam paper Diabetes Care.

"Potensi risiko diabetes dari paparan asap rokok ini sebelumnya tidak diketahui. Untuk itu masyarakat sebaiknya membatasi paparan asap rokok dari lingkungan sekitarnya," ujar Dr David Nathan, kepala Diabetes Center di Massachusetts General Hospital, seperti dikutip dari Reuters, Senin (14/3/2011).

Untuk studi terbaru ini, Dr John P Forman dan kolega dari Brigham and Women's Hospital di Boston melihat respons dari 100.000 perempuan. Partisipan ini diberi pertanyaan seputar berapa lama waktu mereka menjadi perokok aktif ataupun perokok pasif.

Forman dan tim menemukan bahwa perempuan yang merokok lebih dari dua bungkus sehari memiliki kemungkinan paling tinggi terkena diabetes, dan risiko terkena diabetes ini akan lebih tinggi terjadi pada perempuan yang terpapar asap rokok (perokok pasif).

"Meski partisipannya adalah perempuan tapi tidak ada alasan bahwa hasil penelitian ini tidak berlaku untuk kaum laki-laki, karena faktor risiko penyakit diabetes sama untuk kedua jenis kelamin," ujar Forman.

Sementara itu Nathan menuturkan belum diketahui dengan pasti apa hubungan antara diabetes dan merokok, tapi ada kemungkinan peradangan meainkan peran dalam kedua kondisi ini. Hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan satu sama lain.

Diabetes tipe 2 adalah suatu kondisi yang mana tubuh tidak dapat memproses gula dengan baik dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Kondisi ini bisa dikontrol dengan melakukan diet dan olahraga, tapi jika tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Gambar Larangan Merokok Malah Memicu Orang Ingin Merokok

Beberapa tempat atau ruangan kadang ditempelkan tanda larangan merokok berupa gambar rokok dicoret. Tapi studi menunjukkan bahwa tanda larangan tersebut justru memicu orang untuk ingin merokok.

Studi psikologis menemukan bahwa tanda larangan merokok akan membuat seseorang lebih sulit untuk melawan rasa ingin merokok. Tanda ini memiliki efek yang ironis pada perokok karena bisa meningkatkan keinginanannya atau membuatnya berpikir untuk merokok.

"Anda akan mendapatkan efek yang ironis. Sama seperti halnya ketika saya katakan 'Tidak memikirkan gajah merah muda' maka seseorang akan memikirkan gajah berwarna merah muda," ujar peneliti Brian Earp dari Oxford University, seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (7/5/2011).

Kondisi ini tentu saja membuat seseorang lebih sulit untuk menahan dirinya agar tidak merokok, sehingga tanda seperti ini justru memicu orang untuk merokok dan bukan menghindarinya.

Earp menuturkan banyak pesan-pesan kesehatan untuk masyarakat dibingkai dalam cara yang negatif, seperti dilarang mengonsumsi obat tertentu, jangan minum sambil mengemudi atau larangan merokok dengan menunjukkan gambar dari barang tersebut.

Dalam studi psikologi ini digunakan teknik yang menilai kecenderungan naluriah untuk menginginkan atau menghindari rangsangan tertentu dengan menunjukkan sejumlah gambar. Dari studi ini diketahui bahwa keinginan merokok akan lebih tinggi terjadi jika gambar larangan yang ada berhubungan dengan merokok seperti asbak dan rokok.

"Kami berpikir larangan ini memiliki dampak yang signifikan dalam implikasinya di kehidupan nyata," ungkap Earp yang mempresentasikan hasil studi ini pada pertemuan tahunan British Psychological Society di Glasgow.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui pesan seperti apa yang sebaiknya diberikan pada larangan merokok atau pesan kesehatan lainnya, sehingga pesan kesehatan yang dimaksud bisa tercapai dan bukan memberikan dampak negatif.

5 Tanda Bahwa Tubuh Itu Stres

Stres nggak cuma diikuti oleh perasaan gelisah saja. Kalau kamu mengalami satu diantara 5 hal di bawah ini, sediakan sedikit waktu untuk pergi keluar, boleh berjalan kaki atau sekedar menelepon sahabat, saran Stevan E. Hobfoll, PhD, pemimpin departemen ilmu tingkah laku di Rush University Medical Center. Rasa pegal pada mulut.
Nyeri rahang bisa menjadi pertanda kalau kita mengidap teeth grinding (kebiasaan menggesek-gesekan gigi yang biasanya dilakukan secara tidak sadar), biasa terjadi saat tidur dan diperparah kalau kita sedang stres, jelas Matthew Messina, DDS, consumer advisor untuk American Dental Association.
Tidur tidak lelap.
Ketika bermimpi kita akan memiliki energi positif yang sangat besar saat kita tidur, dan itu menjadi alasan mengapa, saat terbangun kita akan memiliki mood yang lebih baik dibanding saat kita tertidur untuk memulai hari ini, jelas Rosalind Cartwright, PhD, profesor psikologi di Rush University Medical Center. Namun, ketika stres, biasanya kita akan terbangun lebih sering dan proses ini sangat mengganggu. Coba capai waktu tidur selama 7-8 jam semalam, dan hindari asupan kafein serta alkohol sebelum tidur. Karena memiliki habit tidur yang baik akan menghindarkan kita dari stres.
Gusi berdarah.
Menurut analisis terhadap 14 studi terdahulu di Brazil, orang yang stres akan memiliki risiko terkena penyakit periodontal lebih besar. Kondisi stres akan meningkatkan hormon kortisol yang akan merusak sistem kekebalam tubuh dan membiarkan bakteri menyerang gusi, ungkap para peneliti. Sering lembur? Dan sering menyantap makan malam di meja kerja? Pastikan sikat gigi selalu diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Nggak cuma itu, lindungi juga kesehatan mulut dengan berolahraga dan tidur yang cukup. Sebab cara ini akan membantu kita menurunkan stres, kata Preston Miller, DDS, mantan presiden dari American Academy of Periodontology.
Jerawat dimana-mana.
Stres akan meningkatkan peradangan yang memicu jerawat, kata Gil Yosipovitch, MD, profesor dermatologi klinis di Wake Forest University. Haluskan kulit wajah dengan krim yang mengandung asam salisilat atau benzoil peroksida yang bisa pembunuh bakteri, plus pelembab non komedogenik yang akan membuat kulit tidak kering. Jika perawatan ini tidak menunjukkan respon dalam beberapa minggu, segera berkonsultasi dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Suka yang manis-manis.
Jangan langsung menyalahkan kebiasaan ngemil manis pada hormon wanita kita, karena stres adalah faktor pemicu yang lebih tepat untuk disalahkan. Ketika para peneliti dari University of Pennsylvania mensurvei wanita pre dan postmenopause, mereka menemukan hanya terjadi pelonjakan kecil dalam prevelensi hasrat mengemil cokelat yang terjadi pada wanita yang menopause. Peneliti mengatakan stres, dan faktor lain bisa menjadi pemicu rasa lapar akan makanan manis tersebut, jadi bukan hanya masalah hormonal.
Sumber : Rileks.com

Mobil Tercemar Radioaktif Nuklir Ditemukan di Chili

Setelah ditemukan mobil tercemar radiasi radioaktif akibat kebocoran PLTN Fukushima di Rusia, cemaran radioaktif ternyata juga menjalar ke benua lain. Dan yang terbaru, mobil yang tercemar radioaktif nuklir ditemukan di benua Amerika tepatnya di Chili.

Pemantau independen di Chili menemukan kalau mobil-mobil yang dikirim dari pelabuhan Yokohama, Jepang terdeteksi terkena cemaran radioaktif tingkat rendah.

Mobil yang tercemar radioaktif ditemukan di 21 mobil dari 2.500 mobil Hyundai yang dikirimkan melalui 106 kapal kargo.

Akibat temuan tersebut ratusan pekerja pelabuhan di Chili pun melakukan protes. Mereka berkata bahwa cemaran radioaktif itu sangat riskan mengganggu kesehatan mereka.

Namun perwakilan pemerintah Chili, Miguel Angel Quesada berkata kalau kandungan nuklir yang ditemukan pada mobil-mobil tadi masih dianggap terlalu rendah untuk mengganggu kesehatan manusia.

Dia berkata kalau mobil yang tercemar radioaktif nuklir akan dibersihkan. Demikian dilansir The Mainichi Daily News.

Temuan mobil yang tercemar radioaktif ini sendiri merupakan yang pertama kalinya ditemui di Chili sejak gempa dan tsunami melanda Jepang dan menyebabkan PLTN di negeri matahari terbit itu mengalami kebocoran.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants For Single Moms